Matinya Semangat Juang Seorang Demonstran
Apa jadinya orang yang dahulu berkiblat kepada kebebasan berpendapat, kini malah memberangus kebebasan berpendapat dan kreativitas orang lain?
Apa jadinya orang yang dahulu membela kehidupan para proletar kini berkiblat pada kehidupan hedonisme dan membenci karya para orang tertindas?
Mungkin tulisan ini terasa begitu klise, tetapi begitulah adanya mental bangsa kita. Mohon maaf kalau saya melanggar janji saya untuk berhenti menulis demi golongan tertentu (saya sama sekali tidak mengatakan kaum hedonis).
Tetapi memang begitulah adanya ketika seseorang sudah memiliki sedikit wewenang atau kekuasaan, mereka akan tidak ragu-ragu untuk menggunakannya. Bahkan jika hal itu bertentangan dengan prinsip dan perjuangan mereka dahulu kala.
Ketika pemikiran-pemikiran itu bukan lagi mengenai gaji buruh yang terlalu rendah, anak-anak jalanan yang tidak terurus, kesejahteraan rakyat kecil yang memprihatinkan, namun berubah menjadi pemikiran tentang hura-hura di mana kita malam ini, perempuan mana lagi yang harus kita taklukan, harus dihamburkan kemana lagi uang kita.
Contoh nyata adalah seseorang yang katanya berasal dari almamater saya sendiri, beliau sudah lama terjun di dunia politik, Akbar Tanjung. Beliau dahulu semasa kuliah pernah menjadi seorang demonstran, namun ketika beliau sudah menjadi seorang pejabat seolah-olah beliau lupa apa yang pernah dilakukannya semasa muda dahulu. Apapun yang dilakukan dan segala kebijakan yang dilakukan jauh dari tindakan untuk memperbaiki nasib rakyat kecil.
Jika semua aktivis mahasiswa yang dahulu berpikiran demi rakyat kecil berubah menjadi kehidupan hedonis semata. Apalagi yang dapat diharapkan dari generasi muda kita.
Namun tidak demikian halnya dengan idola saya, Bapak Tirto Adhi Suryo (alm). Dari awal beliau menjadi pelopor pergerakan bangsa, sampai matipun beliau berjuang meraih impiannya untuk memajukan bangsa kita. Walaupun beliau sempat dibuang dan diberangus, beliau tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Beliau berusaha membuat media sebagai wadah pertukaran informasi dan penggerak generasi muda untuk memajukan rakyat Indonesia. Terlihat dari surat kabar-surat kabar yang beliau terbitkan. Kapan lagi ada tokoh seperti Tirto Adhi Suryo? Seandainya beliau hidup di zaman blog yang dapat dengan mudah dibuat di era internet ini. Mungkin Pangemanann tidak perlu berusaha dengan berbagai intrik membuat suatu rumah kaca untuk Tirto Adhi Suryo.
Idola saya berikutnya adalah Pramoedya Ananta Toer (alm), walaupun beliau dibuang ke pulau Buru sekalipun, beliau tetap berkarya, beliau tetap menulis dan melahirkan karya-karya yang merupakan master piece. Tetralogi beliau yang memperkenalkan saya pada seorang Tirto Adhi Suryo, beliau tulis di pembuangannya di pulau Buru.
Saya juga pernah mengidolai seorang Budiman Soedjatmiko, dahulu ketika saya masih SMP saya bahkan mengumpulkan kliping mengenai beliau. Namun entah kenapa, rasa kagum saya terhadap beliau sedikit demi sedikit mulai sirna.
Mungkin karena saya tidak terlalu paham mengenai politik dan saya tidak paham dengan tindakan beliau yang bergabung dengan PDI Perjuangan. Mungkin karena saya tidak mengerti apa maksud visi dan misi PDI Perjuangan. Saya mungkin menyayangkan kenapa beliau tidak terus berjuang saja di bawah bendera PRD.
Namun kalau saya pikir-pikir lagi bahkan tidak ada partai politik yang saya mengerti dan saya sukai di Indonesia ini. Mungkin kalau OI nanti berubah jadi partai politik saya memilih OI :p Harap maklum terhadap tulisan saya ini, saya benar-benar buta politik.