Monday, January 15, 2007

Kompleks

Orang yang menyebut gue kompleks pertama kali adalah salah satu senior di teknik mesin angkatan 1991. Hal tersebut pula yang menyebabkan dia untuk memilih perempuan yang simple, dan tidak memikirkan sesuatu menjadi rumit. Dia bilang, gue ini bagaikan benang kusut. Ga ada ujung dan ga ada pangkal.

Beberapa minggu yang lalu, pernyataan bahwa gue orang yang kompleks juga keluar dari mulut senior gue di teknik elektro angkatan 1993. Hal ini terlontar, ketika dia ngeliat cara nyetir gue. Dia bilang, gila ya lo, kompleks banget, kadang terlalu hati-hati, kadang ga sabaran, kadang sradak-sruduk, kadang terlalu patuh rambu-rambu.

Berikutnya, orang yang gue pikir baru kenal gue beberapa hari, juga bisa menilai bahwa gue kompleks. Menurut beliau isi kepala gue terlalu acak-acakan ga terstruktur.

Dan orang yang setiap saat mengatakan gue kompleks adalah salah seorang penasehat spiritual gue yang dengan sukses mendeklarasikan dirinya sebagai penyembah pohon. Dia selalu bilang, mbok ya orang kalo mikir sekali-kali tuh yang lurus-lurus aja, jangan dibelok-belokin dulu... hiks.. padahal gue pikir waktu baru kenal dulu, kirain pola pikir gue dan dia mirip-mirip. Beliau inilah yang ngebujukin gue baca Il Postino.

Hmmm gue pikir jadi kompleks itu bukan hal yang aneh, toh gue tinggal di kompleks perumahan...

Halah kok jadi jayus begini :p

Photobucket - Video and Image Hosting

5 Comments:

Anonymous Anonymous said...

FYI...

3 dari keempat orang tersebut, lahir di tahun 1968 :D

9:56 AM  
Anonymous Anonymous said...

dari keempat orang itu, cuma satu yang tampangnya mirip jim morison waktu muda, hihihi

10:26 AM  
Anonymous Anonymous said...

seniman juga kompleks...banyak yang kaburrrr kalau urusan personal he he

10:10 PM  
Anonymous Anonymous said...

seniman juga kompleks..banyak yang kaburrrr kalau urusan personal hehe

10:14 PM  
Anonymous Anonymous said...

Human, in nature, are very complex. Complex in the way they are formed and moreover they are very complex in the way of thinking. Jadi yah biarkan saja. Apa kata orang, terserah mereka. Up to them, this is live, it isn't up to you. Jadi, don't worry lah, be happy. Kadang saya juga mikir, mengapa orang terlalu "khawatir" dengan orang lain. Seandainya mereka ada waktu luang untuk khawatir akan orang lain, seharusnya mereka lebih dahulu memikirkan diri mereka sendiri ;-)

7:13 AM  

Post a Comment

<< Home